Ketika ada kepastian bahwa bahwa
proposal yang berjudul "The MIPES Indonesia: digitising Islamic manuscripts of Indonesian Pondok Pesantren" memperoleh dana penelitian dari The British Library, segera saya menyusun serangkaian langkah-langkah lanjutan.
Ada tiga individu yang harus memperoleh ucapan terima kasih. Ketiganya begitu intens membantu saya sejak awal pengajuan proposal hingga pada akhirnya proposal yang saya ajukan memperoleh dana penelitian.
Pertama adalah Cathy, the administrator dari program penyelamatan arsip yang hampir punah. Email yang penuh persahabatan dan kesabaran yang super dalam menjawab berbagai pertanyaan yang saya ajukan. Harus saya akui bahwa proposal yang saya ajukan banyak kekurangan dan Cathy yang mengingatkan supaya saya bisa melengkapi. Padahal kalau dia mau, proposalku bisa diabaikan.
Kedua adalah DR. Annabel Teh Gallop, kenalan baru yang akhirnya menjadi mentor yang mengkoreksi bahasa Inggrisku yang belepotan dan mempertajam arah proposalku. Ketiga DR. Dick van der Meij, kenalan lama, yang memberi dukungan referensi yang luar biasa dan telah menganggapku sebagai Leiden's Family (pengakuan yang membuatku bangga sebagai alumni Universitas Leiden).
Langkah lanjutan yang harus dilakukan adalah mencari tim yang akan mendukung pelaksanaan proyek Digitalisasi Manuskrip Islam Pondok Pesantren.
Seperti biasa orang yang paling dulu saya kontak adalah Frank, staf LPAM yang selama ini menjadi tangan kanan saya sejak ide digitalisasi itu saya ungkapkan di LPAM.
Saya ke Frank:
Frank, sekarang kita harus mencari tenaga yang bisa membantu kita.
Frank ke Saya:
Ok. yang kita butuhkan apa?
Saya ke Frank:
Dua orang fotografer, dua orang tenaga desain grafis wanita dan dua orang asisten peneliti.(seperti biasa) Coba km cari tenaga lewat mirc dan Yahoo Massenger
Setelah beberapa hari, usaha mencari lewat dua media komunikasi tersebut ternyata nihil hasilnya. mereka yang menggunakan MiRC dan Yahoo Messenger sulit diajak komunikasi serius. Mereka berfikir apa yang kita tawarkan adalah kelakar. Maklum lah lawan bicara kita tidak melihat ekspresi keseriusan kita. Atau mungkin karena anggapan kita bahwa kedua media komunikasi tersebut bisa dipakai untuk komunikasi dengan topik yang serius. Mungkin Yahoo and MiRC are the place where you can cheat, tell no truth, and have fun. Tapi saya tidak terlalu percaya, sebab saya sungguh sering memperoleh manfaat dari pertemanan yang dibangun dari kedua media komunikasi tersebut.
(setelah beberapa hari)
Frank ke Saya
(dengan mengangkat kedua pundaknya) Responnya Nihil, MiRCers dan YM'ers gak ada yang bisa diajak ngomong serius
Saya ke Frank
Ok, kalau gitu kita pake skenario kedua. Kamu pasang pamflet ke beberapa perguruan tinggi yang memiliki jurusan grafis, photografi, dan sastra terutama filologi.
(setelah beberapa hari)
Saya ke Frank
Sudah ada yang melamar?
Frank ke Saya
Banyak yang menelpon untuk bertanya tapi belum ada yang mengirim lamaran kerja.
Saya ke Frank
Ok deh kalau begitu kita pakai skenario ketiga, kamu bikin iklan lowongan kerja ke dua media massa, Kompas dan Jawa Pos.
Rupanya skenario ketiga yang berhasil hampir 50 buah lamaran yang ditujukan ke LPAM untuk enam buah posisi yang tersedua.
Akhirnya kita menseleksi beberapa yang dianggap memenuhi kualifikasi yang kita butuhkan dan pada akhirnya kita memperoleh enam orang yang menjadi anggota tim peneliti. Keenam Orang tersebut adalah
Desain Grafis1. Agustin Juwono (p)
2. Coleta Ratri Margahayu (p)
Fotografer1. Prastiwi Aggraeini Wulan Suci (p)
2. Mohammad Solihin (l)
Asisten Peneliti1. Ghozi (l)
2. Salim Ahyar (l)