Wednesday, August 10, 2005

Kearifan Lokal pada MIPES Indonesia

Fath al-Mu`in

Diambil dengan Canon Powershot A520 (bukan promosi yah)

Sorry absen beberapa bulan. password blog ini tercecer somewhere, dan akhirnya ketemu juga. Thanks God!!!!!!!!!
Salah satu keunikan dalam Manuskrip Islam Pesantren (MIPES) Indonesia adalah catatan pinggirnya. Catatan pinggir pada MIPES tidak selamanya berisi penjelasan (syarh) seperti yang ada pada kitab kuning yang beredar di pasaran saat ini. Catatan Pinggir berisi dialog antara murid dengan gurunya, cerita tentang polemik antara sang guru dengan gurunya, penjelasan sang guru tentang polemik keagamaan yang berkembang saat itu. Dengan ungkapan lain bahwa Catatan Pinggir dapat menjadi jalan untuk menelusuri persinggungan antara Ajaran Islam yang yang ada dalam matan (Islam from center) dengan kebudayaan lokal Indonesia dimana MIPES itu dipelajari (the voice from the edge).

Three Pages of Kitab al-Muntahi


Manuskrip ini ditemukan di Pesantren Tegal Sari berjudul Kitab al-Muntahi. Manuskrip ini terletak di satu jilid yang terdiri dari enam Manuskrip lainnya. Menurut tradisi lisan yang berkembang di Tegal Sari, jilid tersebut merupakan kitab kuning yang dipelajari oleh Rd. Ng. Ronggowarsito saat menjadi santri dibawah bimbingan Kiai Kasan Besari.
Ada dua pertanyaan penting tentang manuskrip ini. Pertama, apakah kitab ini memang dipelajari oleh Raden Bagus Harun (Rd. Ng. Ronggowarsito)? dan apa kitab al-muntahi merupakan salah satu karya Hamzah Fansuri selain Asrar Arifin, Syarb Asyiqin dan Zinat al-Wahidin?

First Question: Bagus Harun dan al-Muntahi
Pada situs http://www.jawapalace.org/ronggowarsito.html, disebutkan bahwa Rd. Bagus Harun lahir 1287 J/1802 M dan meninggal pada hari Rabo Pon 24 Desember 1873. Sedangkan pada kolofon halaman depan dari satu jilid Manuskrip tersebut terdapat informasi yang tertulis dalam tulisan arab "Jumadil Akhir dohiri 5 kemis legi tahun Alif hijrah Nabi 1241" kolofon tersebut kalo disusun adalah sebagai berikut Hari Kamis Legi tahun Alif 5 Jumadil Akhir tahun 1241 H. Bila dikonfersi ke tahun Masehi dengan program konversi kalender "Computus" maka tanggal tersebut ekuifalen dengan 15 Januari 1826.
Berdasarkan informasi yang terdapat pada kolofon tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa seorang yang berumur 24 dari kalangan bangsawan keraton Mataram menjadi santri Kiyai Kasan Besari di Tegal Sari Ponorogo dan bukan pada tahun 1813 pada saat Bagus Burhan masih berumur 11 tahun!
Satu Bendel Manuskrip yang didalamnya berisi kitab al-Muntahi terdiri dari beberapa kitab yang berisi tentang Islam tingkat tinggi, seperti tawhid (kitab al-jawhar al-thamin, irsyad al-murid dan jawhar al-tawhid), sejarah kelompok agama Islam, usul al-din (tamam al-dariyah), ilmu kanuragan (asma' al-arba`in), tajwid (hidaya al-sibyan) dan tasawuh falsafi (kitab al-muntahi).
Dari informasi yang terdapat dalam kolofon dan riwayat hidup Ronggowarsito, dan tradisi lisan yang berkembang di Tegal Sari, maka besar kemungkinan Ronggowarsito belajar kitab al-Muntahi di bawah bimbingan gurunya Kiyai Kasan Besari pada usia yang cukup matang, yaitu pada usia 20 tahunan. Sehingga anggapan bahwa Ronggowarsito dalam menulis Serat Wirid Hidayat Jati terpengaruh oleh pemikiran Hamzah Fansuri dalam Kitab al-Muntahi sedikit memperoleh pentunjuk kemungkinannya.
Second Question: to be continued

Free Vote Caster from Bravenet.com